Hmm, terimakasih atas terjemahannya.
Opini saya pribadi, mungkin bisa dikurangi penggunaannya bahasa kekiniannya dan menghindari lawakan lokal, mis. "bukan muhrim". Apa benar ada lawakan seperti ini di bahasa jepang? (semisal tidak ada padanan di B. Indonesia sekalipun, bisa ditambahkan catatan yang menjelaskan kenapa lawakan aslinya tidak bisa di alih bahasakan).
Percakapan yang di tulis dengan kalimat formal sudah lebih baik dari bab 1, tapi masih bisa dipercantik lagi agar tidak terkesan kaku dan lebih mengalir.
Keep up the good work.